Rabu, 06 April 2011

Tradisi Nyadran di Ngipik, Desa Mayungsari Kecamatan Bener Purworejo (manusia dan nilai budaya di lingkungan sekitar)

Area lading dan persawahan di Dusun Ngipik, Desa Mayungsari, Kecamatan Bener, Purworejo kemarin tak seperti biasanya. Sepi dan lengang dengan semilir angin pagi yang menawarkan nafas kedamaian dari daerah di lereng perbukitan tersebut.
Di perempatan dekat balai desa, jalan konblok menuju makam tampak ramai orang. Sebagian besar kaum adam mengenakan pakaian muslim ala Indonesia lengkap dengan peci. Hanya sebagian kecil kaum hawa.
Satu sama lain saling berjabat tangan sembari basa-basi menanyakan kabar. Terutama bagi mereka yang baru pulang dari perantauan. Acara itu seakan menjadi ajang kangen-kangenan.
Sejurus kemudian, mereka turun ke area pemakaman yang memang letaknya di dataran bawah. Sebuah pusara besar sejenis makam berada di dalam sebuah gubug. Di bagian pinggir, lembaran-lembaran tikar telah disiapkan sebagai tempat duduk. Dan beberapa saat pusara tersebut telah dikelilingi oleh ratusan orang.
Itulah prosesi awal ritual nyadran yang sudah mentradisi di kalangan warga Dusun Ngipik. Kegiatan yang diyakini sakral dan berbalut dengan nilai-nilai magis-historis ini dilakukan secara rutin setiap tahun.
“Nyadran ini menjadi bukti rasa bakti kita kepada leluhur yang pertama kali membuka desa ini.” Pusara yang diziarahi itu diyakini sebagai makam leluhur warga desa setempat. Yakni Mbah Sodong Joyo. “Beliau yang pertama kali babat alas sehingga terbentuklah desa ini, “ katanya.
Dia tidak mengetahui persis kapan pusara itu mulai ada di makam tersebut. Hanya saja, berdasarkan hikayat yang diturunkan dari setiap generasi, pusara Mbah Sodong Joyo itu sudah ada sejak ratusan tahun.
“Dari kecil kami diajari orang tua kami agar setiap menjelang bulan puasa nyadran dulu satu dusun ke makam Mbah Sodong Joyo. Akhirnya terus berlangsung. Mbah Sodong Joyo hidup pada masa kerajaan Mataram.
“Entah misinya apa sampai tempat ini yang konon dulunya masih hutan. Kemudian dibuka dan dibangun sebuah desa bernama Mayungsari.
Mbah Sodong Joyo sebenarnya memiliki istri bernama Sodongan yang pusaranya berada di Borobudur, Magelang. Diungkapkan Suparno, dua pusara di Ngipik dan Borobudur diketahui memiliki hubungan baru sekitar 8 tahun yang lalu. “Ternyata suami istri, “ katanya.
Sudah menjadi tradisi kegiatan nyadran ini dilakukan pada hari Kamis kedua pada bulan Sya’ban.
Rangkuman 
 Faktor-faktor penyebab keberagaman budaya adalah
        1. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan suku bangsa lain.
        2. Kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup didukung oleh lingkungan sekitar yang meliputi :
          1. lingkungan alami
          2. lingkungan sosial ; dan
          3. lingkungan budaya
        3. Kontak dengan budaya asing terjadi melalui :
          1. perdagangan
          2. penyebaran agama
          3. peperangan
        4. Keberagaman budaya yang kita miliki merupakan kekayaan budaya dan kekayaan bersama bangsa yang tidak ternilai harganya.
        5. Menghargai kebudayaan masyarakat lain yang berbeda menjadi kewajiban setiap warga masyarakat.
        6. Contoh kebudayaan lokal di masyarakat setempat dapat berupa : tarian, lagu, rumah adat, tradisi, alat musik, kesenian, pahat, ukir, patung.

1 komentar:

  1. ok ni cp ya? aku redbull.4646@yahoo.co.id dari mayungsari, sekarang di Bekasi kota, call 0852-1919-1818 okey nice to meet u.... get friendship be with u?

    BalasHapus